Minggu, 11 Januari 2009

Kanit Reskrim: Banser Benar-benar Serbaguna

Anggota Banser (Barisan serbaguna) tidak hanya berfungsi sebagai benteng ulama, tapi juga bermanfaat bagi kehidupan sosisal. Buktinya, Banser juga sigap turun lapangan ketika terjadi bencana alam, misalnya. Terkait dengan hanyutnya siswa-siswi yang menjadi korban air terjun Antrokan, Slawu, sejumlah anggota Banser sejak awal memang ikut menyisir sungai, bahu-membahu dengan tim SAR yang lain. Meski sudah empat hari begadang di sungai, namun mereka tak pernah putus asa, sampai akhirnya jasad Hesti ditemukan.


Karena itu, tak heran bila Kanit Reskrim Mapolsek Patrang, Karsito menyatakan berterima kasih kepada anggota Banser yang telah berhasil menemukan jasad Hesti. “Banser benar-benar barisan serbaguna,” kelakar Karsito di sela-sela identifikasi Hesti di RSUD Dr. Subenadi, kemarin (11/12).


Perihal ditemukannya jasad anak pasangan Soeparman dan Ningsih itu, menurut Komandan Banser Jember, Lutfi Alif adalah berawal dari petunjuk Pengasuh Pesantren al-Qodiri, KH. Muzakki Syah. Kata Lutfi, malam hari sebelum jasad Hesti ditemukan, KH. Muzakki melalui H. Misbahussalam memberi tahu dirinya bahwa Hesti ada di antara jembatan jompo dan jembatan pindangan. “Setelah mendapat petunjuk, kami arahkan teman-teman ke sungai sekitar itu. Dan ternyata benar,” ujarnya.


Hilangnya Hesti memang menyita perhatian banyak pihak. Pasalnya, sejak Rabu lalu, tim SAR Kabupten Jember, Basarnas, dan anggota Banser sudah berulangkali menyisir habis semua sungai yang ada persambungan dengan sungai air terjun Antrokan. Lima korban sudah ditemukan, tapi jasad Hesti masih belum juga terendus. “Sejak ada petunjuk dari KH. Muzakki, saya yakin dia ketemu, dan alhamdulillah akhirnya ketemu. Dan kita juga berterimakasih kepada PKB yang telah menyediakan ambulance sapanjang waktu” tukas Lutfi (*).



Jasad Hesti Ditemukan, Ketua Ansor Pimpin Evakuasi


Jasad Hesti Mega Silvia Ningsih, akhirnya ditemukan kemarin pagi sekitar pukul 09.00 WIB (11/12) setelah dinyatakan hilang terhanyut banjir Bandang air terjun Antrokan, Slawu-Jember. Siswi kelas 3 SMP Nuris itu, ditemukan di sungai Bedadung, tepatnya 100 meter utara jembatan pindangan yang hanya berjarak 2 kilometer kearah selatan kota Jember. Sekitar 20 anggota Banser yang sejak pagi buta yang menyisir sungai tersebut, menemukan jasad Hesti tersangkut di ranting bambu yang menjulur ke sungai. Menurut anggota Banser, Buadin, saat ditemukan, jasad cewek kelahiran 25 Desember 1992 itu, menyembul di atas air dengan kepala mendongak. Sedang separuh badan tenggelam di air. Ia mengenakan celana jens warna hitam dan kaos oblong warna gelap. “Kondisinya sangat mengerikan. Wajahnya bengkak. Bahkan rambutnya terkelupas, nyangkut di ranting bambu saat saya tarik badannya. Jari-jemari tangan kirinya juga sudah habis,” ujar Buadin, kemarin.


Setelah dievakuasi ke pinggir sungai, jasad Hesti lalu dimasukkan ke ambulans milik PKB, dan dibawa ke RSUD. Dr. Subandi untuk diidentifikasi. Ketua PC. GP. Ansor, Prof. DR. Babun Suharto dan Komandan Banser Jember, Lutfi Alif, terjun langsung memimpin evakuasi. “Alhamdulillah, proses evakuasi lancar karena juga dibantu masyarakat,” ungkap Babun.


Karena wajahnya sudah sulit dikenali, proses identifikasi Hesti di rumah sakit memakan waktu 2 jam. Walaupun semua keluarga ditadatangkan --kecuali ayah dan ibunya, tapi belum juga bisa dipastikan itu jasad Hesti. Menurut Kanit Reskrim Polsek Patrang, Karsito, identifiksi itu perlu untuk memastikan apakah dia betul jasad Hesti atau korban lain. “Sebab, tak tertutup kemungkinan, ada orang lain juga jadi korban Antrokan,” jelasnya.


Akhirnya, teman korban yang selamat, yakni Siti Vera Varera, didatangkan. Menurut Vera, jasad itu adalah Hesti. “Buktinya, celana dan kaosnya milik saya,” jelasnya. Setelah dikafani, jasad anak pertama dari 2 bersaudara itu, langsung dibawa ke rumah duka di Dusun Gading, Kelurahan Darsono, Kec. Arjasa (*).


Senin, 29 Desember 2008

Muqni’ah Pimpin Fatayat Lagi


Dra. Hj. Muqni’ah dipastikan memimpin Fatayat Jember dalam empat tahun kedepan setelah terpilih sebagai ketua dalam Konferensi Cabang Fatayat Jember, Minggu malam (28/12) di aula PCNU Jember. Muqni’ah masih terlalu kuat bagi para pesaingnya, sehingga mantan anggota Tim Seleksi KPUD Jember itu meraih suara absolut saat pemilihan ketua berlangsung.


Kendati demikian, kader Fatayat cukup banyak yang berminat menjadi ketua. Buktinya, dalam tahap pencalonan terdapat 6 nama yang muncul. Mereka adalah Muqni’ah. Falzah U. Zubaidah, Wiwik Masruchah, Ainul Azizah, Linda Dwi Aryanti, Ervina dan Aliatus Samilah. Dua nama yang disebut pertama, masing-masing mendapat 83 dan 14 suara. Sedangkan yang lainnya memperoleh di bawah angka 10. Padahal, tatibnya mensyaratkan, calon ketua minimal harus dapat dukungan 10 suara. Maka, hanya Muqni’ah dan Falzah U. Zubaidah yang memenuhi syarat untuk maju di tahap pemilihan. Di sesi pemilihan ketua, Muqni’ah merebut 93 suara, sementara Falzah U. Zubdaidah dapat 7 suara. Suara lainnya tidak sah atau abstain. Jumlah pemilih adalah 96 orang dari unsur ranting dan 18 orang dari unsur Ancab Fatayat.


Dengan demikian, Muqni’ah untuk kedua kalinya menjadi Ketua Fatayat Jember. “Saya sebenarnya sudah tidak berminat (dicalonkan), tapi apa boleh buat, ini amanah,” ujarnya usai pemilihan.


Ia juga berjanji akan semaksimal mungkin menggerakkan Fatayat, terutama dalam memberdayakan kader-kader wanita NU. “Bagaimanapun, Fatayat itu ‘kan sebuah tahapan pematangan sebelum melangkan ke yang lebih tinggi (Muslimat NU),” pungkasnya (*).


NU Gelar Pelatihan Biogas dan Pupuk Organik

Kesadaran akan pentingnya memanfaatkan bahan-bahan alami, baik untuk pupuk mauun gas semakin terasa dikalangan masyarakat. Hal ini bisa dilihat misalnya, dari kegiatan yang dilakukan Pimpinan Cabang Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (PC. LPPNU) Kabupaten Jember. Bekerja sama dengan Politeknik Negeri Jember, sejak dua hari lalu PC. LPPNU menggelar pelatihan keterampilan bidang pupuk organik, biogas dan susu kedelai. “Hari ini (Sabtu, 27/12) adalah praktek lapangan bagaimana caranya membuat pupuk organik, biogas dan sebagainya,” tukas Wakil Ketua PCNU Jember, KH. Drs. Misrawi di sela-sela praktek pembuatan biogas di areal praktikum Politeknik Negeri Jember, Sabtu siang (27/12).


Menurut Misrawi, pupuk organik dan biogas nanti akan menjadi pupuk alternatif menyusul kian seretnya distribusi pupuk kimia. Sedangkan, biogas juga bakal menjadi bahan bakar alternatif setelah minyak tanah juga mengalami kelangkaan. “Saya kira prospeknya sangat bagus, apalagi bahan bakunya juga ada di sekitar kita. Murah lagi,” jelas Misrawi.


Sedangkan Direktur Politeknik Negeri Jember, Ir. H. Asmuji saat pembukaan pelatihan mengemukakan, pihaknya bersedia memfasilitasi segala kebutuhan masyarakat, khususnya warga nahdliyyin,. Dikatakannya, lembaga yang dipimpinnya mempunyai fasilitas yang memadai, terutama yang terkait dengan pelatihan keterampilan. “Silahkan manfaatkan kami. Kami sangat berterima kasih bila ada yang bekerja sama dengan kami,” tuturnya.


Ia berharap agar pelatihan tersebut dapat dipraktekkan kelak di masyarakat. Sebab, katanya, salah satu indikasi keberhasilan pelatihan adalah peserta dapat mempraktekkan ilmunya. “Minimal untuk dirinya sendri. Syukur-syukur kalau bisa dikomersilkan. Bahan bakunya juga gampang. Asal ada kemauan pasti bisa,” terang Asmuji.


Peserta pelatihan itu sendiri berjumlah 35 orang, yang mewakili sekian ranting NU dan tokoh pemuda. Dalam praktek pembuatan pupuk organik, biogas dan susu kedelai kemarin, langsung dipandu oleh tenaga ahli dari Poltek, misalnya Ir. Anang Sutirtoadi, MP, dan beberapa dosen sesuai bidangnya (*)



Minggu, 14 Desember 2008

Khittah Tak Perlu Diubah, Suara Warga Perlu Disatukan


Posisi NU yang saat ini menjaga jarak yang sama dengan semua kekuatan politik adalah bagian dari penjabaran Khittah NU. Hal ini merupakan kekuatan sekaligus kelemahan NU dalam melakukan pergerakan. Menjadi kekuatan karena warga NU bisa masuk ke semua kekuatan politik, untuk selanjutnya bermuara kepada satu wadah: NU. Merupakan kelemahan karena NU tidak dapat menyatukan suara warganya ketika, misalnya menghadapi event-event politik. Akibatnya, NU sering kelabakan. Bahkan di tingkat akar ruput kerap terjadi pertikaian yang tak berkesudahan. Hal tersebut ditegaskan Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin saat berbicara dalam seminar “Pendidikan Politik Dalam Perspektif Aswaja” di aula PCNU Jember, Sabtu pagi (13/12).


Menurut Hasan, apa yang diterapkan NU saat ini sudah betul. Walaupun harus diakui, akibat penerapan Khittah itu, suara warga NU rentan bercerai- berai, dan cenderung merugikan NU, terutama dalam ajang perhelatan politik. Namun ia mengaku tidak setuju Khittah direvisi. “Yang perlu diubah adalah kecenderungan politik warga NU. Yang tidak satu suara, mari satukan ketika menghadapi sebuah event politik,” jelas a’wan Musytasar PWNU Jawa Timur itu. Hasan juga menegaskan, syahwat politik warga NU memang cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat misalnya, dari keinginan pengurus NU yang ingin menjadi Caleg. “Kalau sudah jadi pengurus, langsung mau jadi Caleg, minta nomor jadi lagi,” terangnya.


Di bagian lain, Hasan mengkritik politikus NU yang berdiri di dua kekuatan politik. Ia menyebutnya sebagai politikus munafiq yang sangat berbahaya bagi masa depan partai. Sebab, ia hanya akan menjadi duri dalam daging. “Bagi saya, orang munafik itu musuh besar. Tapi kalau musuh di luar partai, saya anggap hiburan karena manuvernya kelihatan, dan itu bisa merangsang kita untuk berbenah,” ungkapnya.


Seminar yang digelar oleh PC. GP. Ansor Jember itu dihadiri oleh 150-an kader Ansor, Fatayat dan Muslimat NU. Dalam kesempatan itu, PC. GP. Ansor Jember menyerahkan 2 unit televisi kepada Ancab Ansor yang berprestasi (*).

Selasa, 18 November 2008

Timsel KPUD Persilahkan Masyarakat Lapor

Tim Seleksi KPUD Jember mempersilahkan masyarakat untuk melaporkan keberatan jika tidak setuju terhadap para calon anggota KPUD yang sudah lolos seleksi tulis. Syaratnya, laporan itu harus disertai dengan nama dan alamat pengirim yang jelas. Laporan keberatan itu, paling lambat diterima tim seleksi KPUD, tangal 20 Nopember 2008. “Silahkan kalau masyarakat menemukan fakta, misalnya si A pernah terlibat masalah, atau integritasnya diragukan. Kami terbuka (menerima laporan),” tukas Ketua Tim Seleksi KPUD Jember, Ahmad Zein, M.Pd., di gedung Universitas Islam Jember (UIJ), Senin (17/11).

Menurut Zein, laporan keberatan masyarakat itu akan ditindak lanjuti dengan turun ke lapangan untuk mengkroscek kebenaran apa yang menjadi keberatan sang pelapor. “Itu nanti akan jadi bahan pertimbangan tim seleksi untuk penyaringan berikutnya,” tambah Zein.


Zein mengakui, beberapa waktu lalu pihaknya menerima laporan tentang calon anggota KPUD. Namun pengirimnya tidak tercantum, sehingga laporan itu dianggap tidak ada. “Tanpa nama dan alamat pengirim, laporan itu berarti tidak ada yang bertangungjawab,” terang Rektor UIJ dua periode itu.


Jadwal tim seleksi KPUD mengagendakan, tanggal 20 sampai 24 Nopember 2008, tes wawancara, psiko test dan klarifikasi tanggapan masyarkat. Dari tahapan ini, calon anggota KPUD diciutkan menjadi 10 orang. “Dari jumlah itu, diambil 5 orang berdasarkan rangking. Dan itu yang menentukan KPUD Jawa Timur. Bukan Kami,” ulas Zein. Sekedar diketahui, peserta tes calon anggota KPUD Jember mencapai 47 orang. Setelah melalui tahapan tes tulis, langsung diciutkan menjadi 20 orang.


Dalam perkembangan yang sama, dua pengurus PWI Jember, Muhammad Muslim dan Oriza, kemarin menyatakan mengundurkan diri dari kepengurusan PWI Jember. Alasannya, keduanya merasa tidak diajak bicara saat memberikan rekomendasi kepada Gogot Cahyo Baskoro yang ikut bertarung dalam perebutan calon anggota KPUD Jember. Gogot adalah termasuk 1 dari 20 orang yang lolos tahapan tes tulis. Selain Gogot, pengurus PWI yang lain, yakni Hasan Halim, juga ikut memperebutkan kursi anggota KPUD, namun ia terjungkal di sesi tes tulis (*).

Rektor Unmuh Berpulang


Babun: “Beliau Orang yang Supel”


Kepergian Rektor Unmuh Jember, H. Yusnan Arigayo ke alam baqa, menyedot perhatian banyak kalangan. Sekitar seribu palayat hadir mengantarkan Yusnan ke tempat peristirahatannya yang terakhir di pemakaman umum, lingkungan Sumberpakem, Kelurahan Kebonsari, Kec. Sumbersari, Kamis pagi (13/11).



Di antara para pelayat, nampak Rektor Universitas Jember, Sutikto, Direktur Pascasarjana STAIN, Prof. DR. Babun Suharto, Ketua MUI, KH. Sahilun A. Nasir, KH. Lutfi Ahmad, KH. Maksum (pengasuh Ponpes Al-Islah, Bondowoso) dan para pejabat Pemkab serta petinggi DPW. Muhammadiyah Jawa Timur. Karangan bunga juga berjejeer di depan dan pinggir rumahnya, Jl. Letjen Sutoyo, Gg. Kebun Indah, Kebonsari. Di antaranya dari Bupati Lumajang, Syahrazad Masdar, dan berbagai lembaga di Jember.



Walaupun dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah, Yusnan dikenal dekat dengan semua golongan. Yusnan kerap kali sowan ke rumah KH. Khotib Umar dan beberapa kiai NU. “Dalam bergaul, beliau tidak pernah melihat latar belakang organisasi. Beliau bisa beradaptasi dengan semua kalangan,” ujar KH. Lutfi Ahmad, tokoh PAN.



Sedangkan Babun Suharto menilai Yusnan sebagai sosok yang ramah dan fleksibel. Dikatakannya, almarhum adalah tokoh Muhammadiyah yang moderat. Dia mengutamakan kerukunan umat, dan menjauhi penonjolan perbedaan latar belakang golongan. Sehingga keberadaannya dapat mencairkan kebekuan hubungan, terutama antar NU dan Muhammadiyah. “Beliau orang yang supel. Komitmennya terhadap kerukunan umat sangat besar. Dan terus terang saya merasa kehilangan,” tukas Babun yang juga Ketua PC. GP. Ansor Jember itu.



Seperti diketahui, Yusnan meninggal dunia Rabu sore (12/11), setelah main tenis di lapangan tenis Polres Jember. Di tengah main tenis, tubuh Yusnan lemas, dan langsung dibawa ke rumah sakit Jember Klinik. Namun tak berapa lama kemudian, Yusnan menghembuskan nafasnya yang terakhir. Informasi dari rumah rumah sakit, Yusnan terkena serangan jantung.



Yusan meningalkan meninggal di usia 50 tahun, meninggalkan seorang itri dan dua orang anak. Selain sebagai Rektor Unmuh,Yusnan juga salah satu Ketua MUI Jember dan Wakil Ketua DPD Muhammadiyah Jember (*).